Pemerintah
bersikeras menjamin pelaksanaan Miss World 2013. Kontes kecantikan ini akan
dilaksanakan di Nusa Dua, Bali pada 4-15
September, dan puncak
acaranya direncanakan digelar di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor pada 28 September 2013.
Menyusul
penentangan dari banyak elemen umat, pihak panitia berjanji akan menyesuaikan kontes kecantikan itu dengan budaya Indonesia. Konon, sesi penilaian
menggunakan baju renang (bikini) ditiadakan. Panitia pun telah menganggap acaranya
lebih “sopan” dan layak untuk diselenggarakan di negeri muslim ini.
Padahal
sejatinya, apapun alasan dan bagaimanapun penyelenggaraannya, Miss World tetaplah kontes kecantikan yang menyalahi Islam. Bahkan dilihat dari berbagai sisi, ajang
pamer aurat ini sesungguhnya telah menyerang Islam.
Miss World: Kemaksiyatan dan
Menyerang Islam
Islam
telah menempatkan perempuan sebagai kehormatan yang harus dijaga, tidak boleh
dieksploitasi apalagi direndahkan martabatnya. Islam menjaga perempuan dengan berbagai
aturan, seperti pakaian yang syar’i (QS. Al-Ahzâb [33] : 59) dan melarangnya bertabarruj (QS. An-Nûr [24]: 60). Islam juga menjaga kehormatannya dengan
perintah kepada laki-laki agar menundukkan pandangannya terhadap perempuan (QS an-Nûr [24] : 30-31).
Kontes Miss
World nyata-nyata bertentangan
dengan semua itu. Bahkan
kontes Miss World mempropagandakan dan menyerukan kemaksiyatan dan hal-hal yang
berlawanan dengan penghormatan dan pemuliaan Islam terhadap perempuan. Jadi persoalan Miss World bukan sekadar bikini yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Kontes Miss World itu
hakikatnya juga merupakan serangan terhadap Islam dan misi Islam terhadap perempuan.
Miss World: Eksploitasi Tubuh dan Kecantikan Perempuan
Kontes Miss World itu meski di dalamnya bikini diubah dengan pakaian lain, bahkan meski dengan dalih pemberdayaan dan penggalian
potensi diri, hakikatnya hanyalah kontes kecantikan mencari perempuan “tercantik”
untuk kemudian dieksploitasi. Apalagi
sejarah awalnya dibuat untuk mencari model pakaian renang alias bikini. Tahun
50-an, dinamai Bikini Contest.
Nyatalah, Miss World hanyalah kontes kecantikan yang menjadikan perempuan, tubuh dan kecantikannya
sebagai “barang dagangan” di atas panggung,
catwalk, majalah, koran, dan televisi. Ia juga menjadi alat promosi bagi
industri komestik, fashion, dan media. Kontes
kecantikan hanyalah stempel bagi legalisasi eksploitasi tubuh perempuan agar
tampak elegan. Kontes Miss World itu sarat dengan eksploitasi tubuh
dan kecantikan perempuan sekaligus merendahkan
martabat perempuan.
Syariah
Islam tegas mengharamkan eksploitasi perempuan seperti itu. Rafi’ bin Rifa’ah menuturkan:
نَهَانَا رَسُوْلُ
اللَّهِ r عَنْ كَسْبِ
الأَمَةِ إِلاَّ مَا عَمِلَتْ بِيَدِهَا. وَقَالَ هَكَذَا بِأَصَابِعِهِ نَحْوَ
الْخَبْزِ وَالْغَزْلِ وَالنَّفْشِ
Rasulullah SAW telah melarang kami dari pekerjaan
seorang pelayan perempuan, kecuali yang dikerjakan dengan kedua tangannya. Beliau
bersabda: “begini” dengan jari
jemari Beliau
seperti membuat roti, memintal dan menenun”. (HR
Ahmad, Abu Dawud, al-Hakim dan
al-Baihaqi).
Rasulullah
SAW juga bersabda :
« صِنْفَانِ
مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ
الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ
مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ
يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ
مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا »
“Dua
golongan di antara penghuni neraka yang belum pernah aku lihat: kaum yang
membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang-orang;
dan perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang berlenggak lenggok, rambut
mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka ini tidak akan masuk surga
dan tidak akan mencium aromanya surga. Dan sesungguhnya aroma surga
itu bisa tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian” (HR
Muslim dari Abu Hurairah).
Miss World: Pembodohan Umat.
Klaim
penilaian 3B: Brain (kecerdasan), Beauty (kecantikan), dan Behavior
(kepribadian) hakikatnya adalah pembodohan
umat. Kalaupun
IQ-nya tinggi, kalau tidak cantik tetap tidak bisa ikut kontes. Meski sangat
santun dan berkepribadian baik dan luhur, jika tidak cantik tetap tidak akan
menang. Jadi yang sejatinya dinilai hanyalah satu saja, yakni kecantikan. Maka
3B itu tidak lain adalah beauty, beauty
and beauty.
Kontes Miss World itu menanamkan mitos kecantikan ala
kapitalisme: tubuh yang tinggi, ramping, berkulit
putih, berambut pirang dan sensual. Itu
semua adalah upaya pembodohan umat dan bertentangan dengan Islam.
Islam
mengajarkan konsep dan pemikiran yang benar tentang hakikat perempuan dan nilai
serta standar kemuliaannya. Kehormatan
dan kemuliaan perempuan dalam Islam tidak diukur dengan ukuran fisik dan
kecantikannya, akan tetapi dengan ketakwaannya. Allah
SWT berfirman:
... إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ...
“...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu…” (TQS. Al-Hujurat [49]:13).
Miss World: Proyek Liberalisasi
Budaya
Sebagai negeri muslim terbesar, Indonesia memiliki posisi penting di dunia Islam. Negeri ini menjadi ‘kiblat’ bagi dunia Islam. Apa yang berlangsung di
negeri ini akan berpengaruh terhadap persepsi negeri muslim lainnya.
Posisi
Indonesia sangat
strategis untuk dijadikan barometer penerimaan kontes Miss World di dunia
Islam. Penerimaan
Indonesia atas Miss World akan meneguhkan opini bahwa Islam tidak
mempermasalahkan kontes kecantikan. Hal ini akan menjadi model bagi
negeri-negeri muslim lain agar lebih toleran dan terbuka terhadap kebebasan perempuan.
Indonesia akan menjadi kiblat liberalisme budaya! Baru disoundingkan diadakan di Indonesia sudah menaikkan jumlah peserta
menjadi 130 peserta, sedangkan pada pelaksanaan tahun lalu hanya 116 peserta.
Brunei yang tidak pernah ikut, tahun ini mendaftar ikut.
Jadi, kontes Miss World ini adalah proyek liberalisasi budaya di negeri ini dan di seluruh negeri muslim. Alangkah
menyedihkan jika negeri ini justru menjadi contoh buruk bagi dunia Islam.
Miss World: Melanggengkan
Kapitalisme dan Memuaskan Kerakusan Kapitalis
Penyelenggaraan kontes Miss World, juga sangat
kental dengan motiv ekonomi. Penduduk Indonesia sebanyak 235 juta adalah pasar menggiurkan. Ajang Miss World penting untuk mempromosikan
dan memasarkan produk kosmetik, fashion dan media.
MNC sebegai penyelenggara akan mendapat untung besar
dari penjualan hak siar malam final Miss
World, para pemasang iklan, sponsor dan mungkin saja bagian keuntungan dari
Miss World Organization. Julia Morley sebagai Chairwoman of Miss World Organization, mampu meraup untung hingga
melampaui US$ 450 juta.
Diperkirakan belanja
kosmetik nasional
tahun 2011 mencapai Rp 10,4 triliun, tumbuh 17%
dari Rp 8,9 triliun di 2010. Sementara
belanja fashion nasional diperkirakan mencapai Rp 10 triliun pertahun. Belum
secara global, tentu nilainya sangat-sangat besar. Kontes Miss World penting sebagai
ajang promosi disamping secara umum mempromosikan “mitos kecantikan” tentu penting
bagi pemasaran produk industri kosmetik dan fesyen.
Nyatalah,
yang untung besar dari
kontes Miss World adalah para kapitalis. Kontes Miss World ini penting artinya
untuk memuaskan kerakusan para kapitalis disamping untuk melanggengkan
kapitalisme.
Dalih
peningkatan pariwisata, itu hanyalah alasan dibuat-buat. Pun pada akhirnya bermuara pada pengokohan
kapitalisme di Indonesia. Alasan
itu menunjukkan ketidakmampuan mengelola negara dengan kaidah yang benar dan bersendikan moralitas dan nilai-nilai luhur. Belum lagi, ada banyak cara yang belum dilakukan
untuk menambah pendapatan negara.
Adapun
alasan menaikkan citra bangsa di dunia internasional,
jelas konyol. Meningkatkan citra
bangsa mestinya diraih dengan kepioniran dalam kepemimpinan, pemikiran dan
teknologi yang memberikan manfaat, kebaikan dan rahmat bagi dunia; bukan melalui simpati para turis dan korporasi kecantikan apalagi ajang mengumbar kepornoan yang justru akan memurukkan citra negeri muslim terbesar ini.
Miss World: Membawa Negara Tunduk
pada Kepentingan Korporasi Asing
Penolakan terhadap ajang Miss World telah
disampaikan oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Bila dengan berbagai
penolakan yang ada pemerintah tetap mengijinkan kontes Miss World, berarti
menegaskan pemerintah tak peduli dan gagal menjaga moralitas bangsa. Negara
lebih memenangkan kepentingan industri kosmetik, fashion dan media yang
mengambil untung dari kepornoan. Disamping menegaskan, pemerintah justru lebih
memilih untuk mengokohkan gaya hidup barat liberal yang jauh dari nilai-nilai
luhur bangsa yang mayoritasnya beragama Islam ini.
Survey Pew Research para Mei 2013 menyimpulkan bahwa 72% penduduk Indonesia menginginkan penerapan
syariah dan menolak gaya hidup liberal Barat. Semestinya negara menciptakan
suasana kondusif dan mendidik
yang mengarah pada terwujudnya keinginan masyarakat untuk menerapkan Islam. Bukan malah membiarkan penyelenggaraan kontes porno yang akan menjadi penghinaan, menutupi
bahkan mengalihkan aspirasi
umat Islam.
Wahai Kaum Muslim
Karena semua itu, kontes Miss World harus ditolak. Disamping
merupakan proyek liberalisasai budaya, melanggengkan kapitalisme, memuaskan
kerakusan kapitalis, ajang Miss World juga sarat dengan eksploitasi tubuh dan
kecantikan perempuan serta merendahkan harkat dan martabat perempuan.

Komentar:
Kenaikan
harga bahan makanan masih memberikan andil besar atas tingginya inflasi pada
Agustus 2013. Pemerintah diminta bekerja keras menangani fluktuasi harga pangan
yang berdampak besar terhadap rakyat miskin. (Republika, 3/9/2013).
1. Itu adalah masalah yang
terus berulang. Yang untung besar adalah para kapitalis yang menguasai
distribusi dan pemasaran produk pangan. Bukti gagalnya pemerintah memelihara
kepentingan rakyat banyak
2. Pangkal masalahnya adalah
kebijakan ekonomi kapitalisme liberal yang diambil dan diadopsi oleh
pemerintah.
3. Kestabilan ekonomi, harga
pangan dan kemandirian pangan akan bisa diwujudkan dengan menerapkan syariah
Islam di bawah sistem Khilafah Rasyidah. Saatnya segera diperjuangkan dan
diwujudkan.[www.globalmuslim.web.id]
Post a Comment