Ada satu hal yang merupakan kunci dari dakwah yang berhasil,
Trust – Kepercayaan. Yang bila hal ini ada pada orang yang kita
dakwahi, insya Allah mereka akan menerima dengan lebih mudah, lebih segera dan
tentunya lebih bertahan lama.
Seseorang menerima dakwah kita
karena dia percaya kepada kita, bukan sebaliknya. Jangankan kepada sesuatu yang
benar, sesuatu yang salah pun akan diterima seandainya orang sudah percaya.
Efek dari kepercayaan juga sangat
luar biasa, suatu perkataan atau perbuatan terasa lebih mudah diterima apabila
sudah ada kepercayaan.
Mungkin biasa saja apabila kita
mengatakan di depan publik “sesungguhnya yang paling baik diantara laki-laki
adalah yang paling baik kepada istri-istrinya”. Namun apabila kita
tambahkan “Rasulullah bersabda: sesungguhnya yang paling baik diantara
laki-laki adalah yang paling baik kepada istri-istrinya” maka efeknya akan
lain. Itu karena Rasulullah dipercaya.
Saking pentingnya isu kepercayaan
ini, Allah pun menunjukkan pada kita bahwa Dia memilih Muhammad saw salah
satunya adalah karena beliau bergelar Al-Amin (yang dapat dipercaya) bahkan
jauh sebelum beliau Muhammad saw diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Lalu apa yang mempengarhi
kepercayaan seseorang pada kita? Simak dulu yang dibawah ini
1. Reputasi dan Referensi
Jelas lebih mudah mempercayai
seseorang yang telah memiliki reputasi (brand image). Reputasi atau brand image
kita adalah segala sesuatu nilai yang terbersit pada audiens ketika mendengar
atau melihat kita. Dan efek terhadap kepercayaan sangat besar sekali.
Hal ini juga berkaitan dengan
referensi. Semakin banyak seseorang mendengar kita dari teman atau
lingkungannya, semakin mudah pula dia mempercayai kita.
Maka reputasi & referensi tidak
dibangun dalam semalam. Ia adalah akumulasi dari setiap amal kita di dunia
kita, yang menumpuk dalam waktu yang lama dan membentuk brand image.
Reputasi & referensi juga
terkait erat dengan cara berpenampilan yang konsisten dan rapi. Ingat bahwa
manusia cenderung melihat fisik dan menilai seseorang dari 30 detik pertama.
Membangun reputasi dan referensi
memerlukan 1 kata, konsistensi. Siapa yang konsisten dengan satu
perbuatan, maka pasti akan melahirkan reputasi. Misal, bila menyebut dzikir
kita akan ingat Arifin Ilham, sedekah ingat Yusuf Mansur, Khilafah ingat Hizbut
Tahrir, dan sebagainya.
Membentuk reputasi & referensi
tidak mungkin dalam waktu singkat. Bila anda mau instan, lupakan saja. Orang
akan mengingat anda karena konsistensi, bukan perilaku oportunis.
Bila reputasi telah terbentuk,
referensi akan datang dengan sendirinya, dan rasakan begitu mudah berdakwah
bila seseorang telah percaya pada kita.
2. Satu Perahu
Selain itu kepercayaan juga akan
muncul apabila kita dan audiens merasa ‘satu perahu’. Seorang Muslim tentunya
akan merasa lebih nyaman dan percaya dengan Muslim yang lain ketimbang yang
non-Muslim. Begitu pula kesamaan membuat kepercayaan.
Satu bahasa menimbulkan kepercayaan,
satu agama menimbulkan kepercayaan, satu nasib menimbulkan kepercayaan, bahkan
satu klub bola menimbulkan kepercayaan.
Maka ketika kita berdakwah, pastika
kita berada ‘satu perahu’ dengan audiens. Sehingga kita bukan terkesan
‘menggurui’ atau ‘digurui’, tapi berada dalam posisi yang sama. Bersebelahan
duduk dan berbagi kesulitan serta kesenangan.
3. Keahlian (Expertise)
Ada satu hal yang sering dilupakan
oleh pengemban dakwah, bahwa kepercayaan tidak dibangun dengan cara yang
manipulatif (tipuan) dan artifisial (buatan). Kepercayaan memang dapat
dimanipulasi, namun tidak akan bertahan lama, dan kecewa lebih besar akan
terjadi bila kepercayaan dimanipulasi
Kebanyakan yang terjadi sekarang,
pengemban dakwah terlalu ‘membesar-besarkan’ dirinya. Bertindak tak sesuai
dengan maqam dan keahliannya, berbicara tsartsarah (melebih-lebihkan).
Padahal keahliannya belum samasekali sampai disana.
Kepercayaan bisa dimanipulasi dengan
hal seperti itu, namun yang mengekalkan kepercayaan adalah expertise
(keahlian) yang tanpanya perbuatan dan perkataan hanya jadi omong kosong.
Maka bila kita ingin dipercaya, jadilah
ahli dibidang kita. Rajin mengumpulkan tsaqafah dengan membaca, menulis dan
menyampaikan adalah ciri pengemban dakwah. Jangan malas menjadi ahli bila ingin
dipercaya.
Coba pikir, pilih mana, disuntik
orang yang bergelar Dr (Dokter), atau disuntik orang bergelar DrH (Dokter
Hewan)? :D
Keahlian bisa saja dicapai melalui
pendidikan formal, namun jalur non-formal juga tidak kalah banyaknya dan
melahirkan orang-orang yang tidak kalah hebatnya.
Masih banyak lagi hal yang bisa
membuat orang percaya dengan kita, salahsatunya kedekatan kita dengan Allah
yang akan kita bahas dalam sesi khusus.
Silahkan temukan sendiri dan
bangun brand image kita. Selain itu bijaksanalah dan dekatlah secara
emosional dengan mad’u. Ingat pula yang terpenting untuk menjadi ahli pada
bidangnya. Dan bersabarlah dalam melakukannya, mudah-mudahan kita lebih mudah
berdakwah. Mecca wasn’t build in days – Neither Rome won’t be conquered
in days.
Felix Siauw
follow me on twitter @felixsiauw
[www.globalmuslim.web.id]
Post a Comment