APBN Perubahan 2013 telah disahkan Dewan Perwakilan
Rakyat. Dengan disahkannya APBN-P 2013 ini
maka harga BBM subsidi dipastikan segera naik. Harga premium menjadi Rp
6.500/liter dan solar menjadi Rp 5.500/liter. Namun pastinya tergantung pada
keputusan presiden SBY. Wapres Boediono saat jumpa pers di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (18/6/2013) menyatakan, "Presiden
akan memutuskan kapan, menunggu persiapan dari program-program (kompensasi)"
(lihat, kompas.com, 18/6).
Rakyat Miskin Aman dari Dampak Kenaikan Harga BBM?
Pemerintah menjamin rakyat miskin terlindungi dari
dampak kenaikan harga BBM. Pemerintah telah menyiapkan program perlindungan dalam
bentuk program kompensasi yang dianggarkan Rp 27,9 triliun. Yaitu, Program Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dianggarkan Rp 9, 3 triliun, diberikan sebesar
Rp150 ribu perbulan kepada 15,5 juta rumah tangga sasaran (RTS) selama empat
bulan. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dianggarkan Rp 7,5 triliun untuk 16,6
juta siswa. Program Raskin dianggarkan Rp 4,3 triliun bagi 15,5 juta rumah
tangga miskin selama tiga bulan. Program Keluarga Harapan dianggarkan Rp 0,7
triliun untuk 2,4 juta keluarga sangat miskin. Dan program infrastruktur dasar dianggarkan
Rp 6 triliun terutama untuk pembangunan infrastruktur pedesaan.
Benarkah rakyat miskin akan aman dari dampak
kenaikan harga BBM? Jawabannya jelas tidak. Hitungannya sederhana. BLSM Rp 150
ribu per RTS, jika tiap RTS beranggotakan 4 orang, artinya tiap orang hanya
mendapat Rp 37.500 per orang per bulan atau hanya Rp 1.250 per hari. Jumlah itu
akan langsung habis untuk menutupi kenaikan ongkos transportasi, bahkan bisa
kurang.
Dirjen
Perhubungan Darat Kemenhub Soeroyo Alimoeso mengatakan,
"Kenaikan
harga BBM sudah pasti berdampak terhadap kenaikan tarif angkutan umum. Tetapi
kenaikan tarifnya itu tidak boleh lebih dari 10-20 persen". (kompas.com,
18/6). Namun pembatasan kenaikan 10-20% itu dinilai tidak logis. Menurut Ketua
Organisasai Angkutan Darat, Organda DKI, Soedirman, dengan
harga BBM naik 33%, kenaikan tarif angkutan yang masuk akal adalah 35%. (republika.co.id,17/6).
Jika misalnya, tarif angkot yang
berlaku rata-rata 2 ribu, maka akan naik minimal 500 rupiah atau bahkan seribu.
Itu artinya, bantuan BLSM akan langsung habis untuk menutupi kenaikan ongkos naik
angkot pergi pulang satu kali. Jika harus dua kali naik angkot, maka harus
nombok.
Di sisi lain, harga-harga barang
dan jasa pasti akan naik. Menurut hitungan
Kemdag, harga-harga kebutuhan pokok akan naik 5% - 10% atau rata-rata sekitar
8,2%. Namun faktanya sangat mungkin jauh lebih tinggi dari perkiraan itu. Selama
ini, harga-harga sembako telah mengalami kenaikan cukup drastis dan berat bagi
masyarakat. Ketika harga BBM naik, dipastikan harga akan naik lagi dan tidak
akan turun. Apalagi menjelang Ramadhan dan lebaran yang biasanya tanpa ada
kenaikan harga BBM saja, sudah menyebabkan kenaikan harga cukup drastis. Kenaikan
harga itu juga dipicu oleh naiknya ongkos transportasi dan biaya produksi. Biaya
produksi mungkin akan naik secara signifikan sebagai efek akumulatif dari
kenaikan ongkos transportasi dan kenaikan biaya produksi bahan baku dan bahan
setengah jadi.
Jadi jelas, “program perlindungan” yang disiapkan
tidak cukup melindungi rakyat miskin. Yang terjadi hanyalah mengurangi
dampaknya saja. Dampak keseluruhannya tetap saja akan sangat berat dirasakan. Tidak
berlebihan jika BLSM itu diplesetkan dengan sebutan “balsem”.
Menaikkan Harga BBM = Menambah Jumlah Orang Miskin
Menurut Menteri Perencaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala
Bappenas Armida Alisjahbana, jumlah orang miskin pada tahun ini akan naik dari
10,5 persen menjadi 12,1 persen. Ada kenaikan angka kemiskinan sebesar 1,6
persen atas dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Jumlah orang miskin setelah
kenaikan BBM akan menjadi 30,250 juta orang. Sebelumnya, tanpa kenaikan harga
BBM, tahun 2013 diprediksi angka kemiskinan hanya 26,250 juta. Jadi, akibat
kenaikan harga BBM bersubsidi, jumlah orang miskin baru mencapai 4 juta jiwa. (Kompas.com,
27/5).
Boleh jadi, angka kemiskinan nantinya akan lebih tinggi dari
perkiraan itu. Sebab orang miskin yang ada saat ini akan tetap miskin bahkan
lebih miskin lagi, dan ditambah oleh banyak orang miskin baru.
Belajar dari
fakta pada awal tahun 2006, (setahun setelah kenaikan harga BBM 30%) jumlah
orang miskin melonjak menjadi 39,05 juta (17,75%). Artinya, program BLT yang
digelontorkan saat itu nyatanya tidak berhasil menekan dampak kenaikan harga
BBM. Padahal pada tahun 2005, ketika SBY menaikkan harga BBM dua kali, jumlah
penerima BLT sebanyak 19,1 juta keluarga dan diberikan dalam jangka waktu yang
lebih lama. Melihat hal itu, BLSM nanti bisa jadi akan lebih tidak berhasil
mengerem pertambahan jumlah orang miskin. Sebab, jumlah RTS untuk BLSM tahun
ini lebih sedikit yakni hanya 15,5 juta RTS dan diberikan lebih singkat, hanya
4 bulan. Dampak kenaikan harga BBM itu sendiri akan terus berlangsung setelah
BLSM berhenti.
Mereka yang menerima BLSM, nyatanya akan tetap tergerus daya beli mereka. Sebab
BLSM sudah habis untuk menutup kenaikan ongkos angkot. Bagi mereka yang tidak
menerima BLSM, penurunan daya beli mereka akan lebih besar lagi, termasuk para
pekerja. Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) memperkirakan, kenaikan harga
BBM akan menyebabkan daya beli buruh akan menurun hingga 30 persen. Data
menunjukkan tenaga kerja yang betul-betul dianggap bekerja penuh (min. 35
jam/minggu) hanya sekitar 70%, sedangkan sisanya adalah setengah penganggur dan
penganggur terbuka. Itupun, mereka yang dianggap bekerja penuh ternyata 65%
bekerja di sektor informal dan hanya 35% bekerja di sektor formal (BPS, 2011).
Artinya, mereka ini sangat rentan terkena dampak kenaikan harga BBM dan merosot
tingkat kesejahteraannya. Secara umum menurut pengamat ekonomi Yanuar Rizky,
dampak kenaikan harga BBM akan menggerus daya beli 90% rakyat Indonesia.
Menurunnya daya beli sebagian besar rakyat itu akan berdampak besar pada
dunia usaha, khususnya UMKM yang jumlahnya mencapai 99,9% dari keseluruhan
pelaku usaha di Indonesia. Dunia usaha akan tergencet dari dua sisi. Pertama,
penurunan daya beli dan kedua dampak langsung dari kenaikan harga BBM. Ketua
Kadin Jabar Bidang UMKM dan kemitraan, Iwan Gunawan, memperkirakan pengeluaran
UMKM untuk pembelian BBM akan naik 20%. Belum lagi pengaruh kenaikan harga BBM
terhadap biaya bahan baku dan lain-lain. Padahal, sebelumnya UMKM sudah
disusahkan oleh kenaikan biaya Tarif Dasar Listrik (TDL). Hal itu pada akhirnya
membuat dunia usaha harus melakukan efisiensi, diantaranya bisa jadi dengan
menurunkan tingkat gaji atau bahkan berupa PHK. Jika tidak, maka beban itu akan
beralih kepada konsumen dalam bentuk kenaikan harga.
Dari semua itu, pada akhirnya dampak kenaikan harga BBM akan menimpa semua
rakyat. Yang paling merasakan dampaknya tetap saja adalah rakyat kebanyakan,
khususnya rakyat miskin. Lalu di mana klaim bahwa kenaikan hagra BBM itu demi
rakyat miskin? Jika demikian siapa lantas yang diuntungkan atau dengan kata
lain demi siapa kenaikan harga BBM itu?
Demi Asing
Seperti sudah diketahui banyak orang, penghapusan subsidi termasuk subsidi
BBM adalah amanat (perintah) dari IMF, Bank Dunia, USAID dan ADB. Hal itu
tertera dalam dokumen-dokumen yang ada. Selain itu sejak tahun 2008, Organisasi
Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) sudah “mengejar-ngejar” pemerintah
Indonesia agar memastikan penghapusan subsidi BBM. Pada 1 November 2010,
Sekjend OECD, Angel Gurria, menemui sejumlah Pejabat Tinggi Indonesia, termasuk
Wapres Boediono dan Menkeu Agus Martowardoyo. OECD menyakinkan pemerintah
Indonesia agar segera menghapus subsidi BBM dan listrik hingga 2014. Disamping
itu, forum G-20 di Pittsburgh (2009) dan Gyeongju (2010), juga mendesak
penghapusan subdisi BBM. Di Gyeongju, Korea Selatan, Pemerintah Indonesia
menjanjikan akan melaksanakan penghapusan subdisi energi, khususnya BBM dan
TDL, dimulai pada tahun 2011.
Disamping itu, kenaikan harga BBM ini adalah untuk menyempurnakan
liberalisasi migas khususnya di sektor hilir. Hal itu agar swasta, khususnya
swasta asing, bisa turut bermain di bisnis eceran migas.
Maka sungguh ironis, penghapusan subsidi atau kenaikan harga BBM ini meski
merugikan dan menyengsarakan rakyat banyak tetap dilakukan. Hal itu untuk
menyenangkan dan menguntungkan pihak asing. Semua itu disebabkan diadopsinya
kapitalisme khususnya dalam pengelolaan migas. Maka selama kapitalisme masih
diadopsi, kenestapaan itu akan terus berlanjut.
Wahai Kaum
Muslimin
Agar migas menjadi berkah dan membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat,
jalan satu-satunya harus dikelola dengan sesuai syariah Islam. Dalam Islam,
migas adalah milik umum. Rasul menegaskan:
«النَّاسُ شُرَكَاءُ فِيْ ثَلاَثَةٍ: فِي اْلكَلَإِ وَاْلمَاءِ
وَالنَّارِ»
Manusia adalah serikat dalam tiga
hal: dalam padang rumput, air, dan api (HR Ahmad
dan Abu Dawud)
Sebagai milik umum, migas harus dikelola negara mewakili rakyat. Migas
tidak boleh dikonsesikan atau diserahkan kepada swasta apalagi asing. Seluruh
hasil pengelolaannya dikembalikan kepada rakyat.
Semua itu hanya bisa sempurna dilaksanakan melalui penerapan syariah Islam
secara totalitas di bawah sistem Khilafah Islamiyah yang mengikuti manhaj
kenabian. Jika tidak, maka kehidupan sempit akan terus mendera. Allah SWT telah
memperingatkan:
وَمَنْ
أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا
Siapa saja yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (TQS Thaha [20]: 124)
Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. []
Komentar:
Hitungan Danareksa: setiap kenaikan
harga BBM bersubsidi 10% akan menyebabkan tambahan inflasi 0,7 %. Maka kenaikan
harga BBM 37% akan menyebabkan tambahan inflasi 2,5 % sehingga akhir tahun
inflasi sebesar 7,5% (kompas. 18/6).
1. Semua perkiraan sudah diketahui, bahwa
kenaikan harga BBM pasti memberatkan rakyat banyak. Protes pun terjadi di mana-mana
di seluruh Indonesia. Tapi pemerintah tetap saja ngotot.
2.
Itulah
bukti, pemerintahan demokratis hasil pemilu demokratis tidak berjuang demi
rakyat yang memilihnya, tapi lebih tunduk pada asing.
3. Saatnya campakkan demokrasi dan sistem
ekonomi kapitalismenya. Terapkan syariah dalam bingkai Khilafah Rasyidah, agar
migas menjadi berkah.
[www.globalmuslim.web.id]
Post a Comment